Mengeluh vs Bersyukur dan Pesimis vs Optimis, Mana Yang Anda Pilih?
Desember 12, 2017Pilih Mengeluh atau Bersyukur? Lebih Sering Pesimis atau Optimis?
Pilihaanya tergatung dari kita memaknai kejadian hidup yang kita alami. Dan tentu saja setiap pilihan membawa hasil yang berbeda.
Mengeluh vs Bersyukur
Anda pernah mengeluh? Pernah dong, bahkan orang paling bahagia sekalipun pasti pernah mengeluh. Kadang – kadang kita mengeluh tanpa menyadarinya, karena tentu saja beberapa keluhan yang normal dapat membuat orang lain berempati terhadap Anda. Mengeluh karena cuacanya panas atau hujan terus, antrian yang panjang dan no urut kita yang belum dipanggil – panggil, misalnya.
Anda pernah mengeluh? Pernah dong, bahkan orang paling bahagia sekalipun pasti pernah mengeluh. Kadang – kadang kita mengeluh tanpa menyadarinya, karena tentu saja beberapa keluhan yang normal dapat membuat orang lain berempati terhadap Anda. Mengeluh karena cuacanya panas atau hujan terus, antrian yang panjang dan no urut kita yang belum dipanggil – panggil, misalnya.
Mengeluh dan memprotes ketidak adilan, yang terjadi dalam hidup merupakan hal yang manusia. Tapi dapat juga
menjadi tidak wajar jika kemudian kita terus mengeluh dan mengasihi diri.
Setiap orang pasti akan mengalami masa – masa berat dalam hidupnya, tapi
perilaku suka mengeluh tersebut biasanya tidak akan membuat situasi menjadi
lebih baik.
Parahnya, seringkali kita mengeluh karena kita merasa perlu menyalahkan
seseorang atau suatu keadaan, dimana memang terlihat mudah ketimbang mengakui
kelemahan diri sendiri. Keluhan yang berlebihan ditandai dengan stres dan mudah
marah terhadap segala hal.
Keluhan yang berlebihan membuat Anda tidak dapat menguasai diri
sendiri. Marah kepada setiap orang yang anda temui, menyalahkan siapapun atau
apaun yang bisa disalahkan dan lain sebainya. Hari Anda akan menjadi rusak,
bukan karena cuaca yang panas, antrian yang panjang atau macetnya jalan pagi ini,
tapi karena yang ada dalam pikiran Anda hanyalah kekesalan dan rasa frustasi.
Ubah cara berpikir Anda. Jika kita tidak dapat menghindari sesuatu hal
yang diluar kendali, maka nikmati saja. Memang mengubah cara berpikir itu lebih
mudah diucapakan dari pada dilakukan, ini karena otak kita cenderung tertarik
pada hal – hal yang bersifat negatif. Setiap kali kita mulai mengucapkan atau
berpikir negatif mengenai hal – hal di sekililing kita, coba hentikan dan paksa
diri untuk mengubahnya menjadi kalimat atau pikiran yang lebih positif.
Contoh kejadian:
- Cuaca yang panas terik diubah menjadi cuaca yang cerah,
- Hujan lebat diubah menjadi rezeki yang berlimpah,
- Antrian panjang diubah menjadi saatnya buka Facebook,
- Group WA / BBM bunyi pang ping pang ping dari pagi sampai malam diubah menjadi silaturahmi yang seru dan bahagia.
Jadi ketika suatu keadaan terjadi di luar kendali, tanyakan saja pada
diri sendiri, mau mengeluh atau bersyukur saja atas situasi ini?
Bila anda melihat sebuah gelas yang diisi air setengahnya, apa yang
biasanya terlintas di pikiran Anda? Setengah penuh atau setengah kosong? Cuma setengah atau sudah setengah?
Mereka yang optimis, biasanya akan melihat gelas tersebut dengan
setengah penuh atau sudah setengah, sedangkan yang pesimis, akan melihat gelas
yang setengah kosong atau cuma setengah.
Begitu pula dalam hidup, orang optimis melihat hal – hal yang belum terjadi dihadapannya sebagai tantangan, sementara orang yang pesimis akan melihatnya sebagai rintangan
Begitu pula dalam hidup, orang optimis melihat hal – hal yang belum terjadi dihadapannya sebagai tantangan, sementara orang yang pesimis akan melihatnya sebagai rintangan
Pesimis merupakan sikap yang penuh kebimbangan dan keraguan terhadap
apapun, termasuk terhadap diri sendiri. Sikap pesimis ini seringkali merugikan,
karena dapat menjadi mental block yang membuat kita merasa tidak pernah bisa
memulai atau meyelesaikan sesuatu, dengan demikian kita tidak maju – maju. Rasa
takut akan kegagalan merupakan perasaan yang wajar dan dimiliki setiap orang.
Namun, itu tidak berarti kita harus menyerah sebelum memulai melakukannya.
Perasaan ragu dan tidak yakin terhadap apa yang kita hadapi, merupakan
tanda bahwa kita memiliki mental block berupa ketakutan, akan hal – hal yang
tidak kita ketahui atau tidak kuasai. Ini mungkin berasal dari pengalaman masa
lalu kita, ketika menghadapi kegagalan dan bagaimana orang – orang disekitar
kita, bereaksi atas kegagalan tersebut.
Setiap orang pasti memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan, namun
hal tersebut tidak menjadi jaminan, bahwa masa depan kita akan menjadi tidak
menyenangkan juga. Kita harus selalu yakin akan memiliki masa depan yang baik,
jika mau berusaha dan tidak bersikap pesimis.
Beberapa tips yang bisa dicoba untuk mengatasi sifat pesimis yang
sering muncul di dalam diri kita:
- Cara pertama dengan mencoba selalu berfikir positif
- Cara kedua dengan berbagi cerita kepada orang – orang terdekat
- Cara ketiga menerima keadaan yang tidak dapat diubah dan berdamai dengan diri sendiri
- Cara keempat berhenti menyalahkan orang lain
- Cara kelima dan yang paling ampuh adalah berdoa kepada Tuhan, berserah diri kepadaNya atas segala yang terjadi kepada diri kita dan berprasangka baik kepada Tuhan, bahwa semua ini ada hikmahnya.
Bersikap optimis dapat membuat kehidupan lebih mudah karena kita
memandang segala sesuatu dari sudut yang positif, di samping itu energi positif
dari dalam diri kita akan terpancar keluar dan menular kepada orang lain yang
kita temui, oleh sebab itu cara berfikir seperti ini perlu dilatih dalam
berbagai peristiwa kehidupan yang kita alami.
Jadi sekarang jika Anda melihat gelas yang setengah kosong, apa yang terlintas
dalam pikiran Anda?
Semoga Bermafaat
😀👍
COACH ADE
FB/IG: @adejamil WA: 0813 6433 3576
😀👍
COACH ADE
FB/IG: @adejamil WA: 0813 6433 3576
0 komentar